Analisis kimia secara kuantitatif digunakan untuk mengindentifikasi unsur-unsur yang terdapat dalam suatu mineral. Semua unsur harus diidentifikasi secara teliti, dan ketelitian analisis ini sangat bergantung kepada jenis metode yang dipakai, dan ketelitian dari penganalisis itu sendiri. Karena analisis ini dilakukan secara kuantitatif, maka tidak dapat menunjukkan bagaimana unsur-unsur tersebut membentuk suatu kombinasi di dalam struktur mineral.
Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi mineral Silikat dan mineral Non-silikat. Terdapat 8 (delapan) kelompok mineral Non-silikat, yaitu kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid, Karbonat, Hidroksida, dan Phospat. Di depan telah dikemukakan bahwa tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang dikenal hingga sekarang. Namun ternyata hanya beberapa jenis saja yang terlibat dalam pembentukan batuan. Mineral-mineral tersebut dinamakan “Mineral pembentuk batuan”, atau “Rock-forming minerals”, yang merupakan penyusun utama batuan dari kerak dan mantel Bumi. Mineral pembentuk batuan dikelompokan menjadi empat:
(1) Silikat,
(2) Oksida,
(3) Sulfida dan
(4) Karbonat dan Sulfat.
Kandungan-kandungan kimia yang terdapat dalam mineral, membentuk suatu ikatan tertentu. Ikatan-ikatan tersebut adalah :
A. Ikatan Logam : elemen logam merupakan elemen yang atom-atomnya mudah melepaskan elektron valensi nya. Elektron valensi ini menyebabkan logam menjadi penghantar panas dan listrik yang baik. Struktur kristalnya ditentukan dari paking atom yang bermuatan positif. Contohnya adalah mineral sulfida dan arsenida.
B. Ikatan Kovalen : merupakan konfigurasi elektron yang paling stabil karena elektron valensi nya terisi penuh. Keadaan tersebut tercapai karena antar atom saling memberi dan menerima sampai tercapai keadaan stabil. Contoh mineral yang paling umum yang mempunyai ikatan kovalen adalah intan.
C. Ikatan Ion : memiliki konfigurasi elektron yang terdekat dengan konfigurasi elektron gas mulia. Cara ini dipenuhi dengan menambah ataupun mengurangi sejumlah elektron hingga mencapai keadaan stabil. Pada umumnya, semua mineral mempunyai ikatan ion, kecuali beberapa dari elemen nativ dan sulfida.
D. Ikatan Van Der Waals : mempunyai gaya tarik menarik yang lemah antar atomnya. Biasanya ikatan jenis ini terdapat pada kristal gas mulia. perlu diketahui bahwa suatu senyawa dapat memiliki lebih dari 2 jenis ikatan. Contohnya adalah mineral grafit (C) yang atom-atomnya berhubungan secara kovalen dalam lembaran, dan lembaran-lembaran tersebut dihubungkan dengan ikatan van der waals ini.
Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi mineral Silikat dan mineral Non-silikat. Terdapat 8 (delapan) kelompok mineral Non-silikat, yaitu kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid, Karbonat, Hidroksida, dan Phospat. Di depan telah dikemukakan bahwa tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang dikenal hingga sekarang. Namun ternyata hanya beberapa jenis saja yang terlibat dalam pembentukan batuan. Mineral-mineral tersebut dinamakan “Mineral pembentuk batuan”, atau “Rock-forming minerals”, yang merupakan penyusun utama batuan dari kerak dan mantel Bumi. Mineral pembentuk batuan dikelompokan menjadi empat:
(1) Silikat,
(2) Oksida,
(3) Sulfida dan
(4) Karbonat dan Sulfat.
Kandungan-kandungan kimia yang terdapat dalam mineral, membentuk suatu ikatan tertentu. Ikatan-ikatan tersebut adalah :
A. Ikatan Logam : elemen logam merupakan elemen yang atom-atomnya mudah melepaskan elektron valensi nya. Elektron valensi ini menyebabkan logam menjadi penghantar panas dan listrik yang baik. Struktur kristalnya ditentukan dari paking atom yang bermuatan positif. Contohnya adalah mineral sulfida dan arsenida.
B. Ikatan Kovalen : merupakan konfigurasi elektron yang paling stabil karena elektron valensi nya terisi penuh. Keadaan tersebut tercapai karena antar atom saling memberi dan menerima sampai tercapai keadaan stabil. Contoh mineral yang paling umum yang mempunyai ikatan kovalen adalah intan.
C. Ikatan Ion : memiliki konfigurasi elektron yang terdekat dengan konfigurasi elektron gas mulia. Cara ini dipenuhi dengan menambah ataupun mengurangi sejumlah elektron hingga mencapai keadaan stabil. Pada umumnya, semua mineral mempunyai ikatan ion, kecuali beberapa dari elemen nativ dan sulfida.
D. Ikatan Van Der Waals : mempunyai gaya tarik menarik yang lemah antar atomnya. Biasanya ikatan jenis ini terdapat pada kristal gas mulia. perlu diketahui bahwa suatu senyawa dapat memiliki lebih dari 2 jenis ikatan. Contohnya adalah mineral grafit (C) yang atom-atomnya berhubungan secara kovalen dalam lembaran, dan lembaran-lembaran tersebut dihubungkan dengan ikatan van der waals ini.
No comments:
Post a Comment